Manusia adalah individu yang unik,
ternyata kata-kata itu yang slama ini mengilhamiku untuk melanjutkan
cita-citaku mengajar anak-anak seberapapun bandelnya mereka, sesusah
apapun materi pelajaran masuk ke sistem ingatan mereka, sebadung apapun
tingkah mereka. Mungkin itu juga yang dirasakan bapak-ibu guruku dulu?
Kalimat yang pertama kali ku dengar saat kuliah bu Endang dan kebetulan
ku dengar lagi dari bu Yenny. Dua orang yang memiliki pengetahuan yang
ku anggap cukup mengenai dunia pendidikan dan psikologi.
Lalu apa yang unik dari manusia sehingga perlakuan yang diberikan pada setiap individu menjadi berbeda?
Pertanyaan inilah yang belum terjawab
dengan tuntas. Dulu saat kuliah hal ini tidak dibahas dengan tuntas
sesuai kebutuhanku saat ini(atau memang waktu itu bolos). Sempat
terjawab dalam training MBTI di 3A Children Center. Permasalahan ini
masih tetap mengganjal di benak.
Sekilas MBTI :
Manusia dibagi menjadi 4 bagian dan masing-masing bagian terdiri dari 2 kelompok.
1. Extrovert (E) vs. Introvert (I).
Ekstrovert artinya tipe pribadi yang suka
bergaul, menyenangi interaksi sosial dengan orang lain, dan berfokus
pada the world outside the self. Sebaliknya tipe introvert adalah mereka
yang senang menyendiri, reflektif, dan tidak begitu suka bergaul dengan
banyak orang. Orang introvert lebih suka mengerjakan aktivitas yang
tidak banyak menutut interaksi semisal membaca, menulis, dan berpikir
secara imajinatif.
2. Sensing (S) vs. Intuitive (N).
Tipe dikotomi kedua ini melihat bagaimana
seseorang memproses data. Sensing memproses data dengan cara bersandar
pada fakta yang konkrit, factual facts, dan melihat data apa adanya.
Sensing adalah concrete thinkers. Sementara tipe intuitive memproses
data dengan melihat pola dan impresi, serta melihat berbagai kemungkinan
yang bisa terjadi. Intutive adalah abstract thinkers.
3. Thinking (T) vs. Feeling (F).
Tipe dikotomi yang ketiga ini melihat
bagiamana orang berproses mengambil keputusan. Thinking adalah mereka
yang selalu menggunakan logika dan kekuatan analisa untuk mengambil
keputusan. Sementara feeling adalah mereka yang melibatkan perasaan,
empati serta nilai-nilai yang diyakini ketika hendak mengambil
keputusan.
4. Judging (J) vs. Perceiving (P).
Tipe dikotomi yang terakhir ini ingin
melihat derajat fleksibilitas seseorang. Judging disini bukan berarti
judgemental (atau menghakimi). Judging disini diartikan sebagai tipe
orang yang selalu bertumpu pada rencana yang sistematis, serta
senantiasa berpikir dan bertindak secara sekuensial (tidak
melompat-lompat). Sementara tipe perceiving adalah mereka yang bersikap
fleksibel, adaptif, dan bertindak secara random untuk melihat beragam
peluang yang muncul.
Berdasarkan ke 8 kelompok tersebut dapat dibuat 16 macam kombinasi yang berbeda : Lihat tabel
Secara singkat pertanyaan tentang apa
yang membuat manusia unik dapat terjawab tapi masih ada berbagai aspek
dalam keunikan manusia.
Lalu dimana letak cinta dalam pendidikan itu?
Paolo freire dalam educations of the
opressed menuliskan pendidikan gratis atau dapat dikatakan murah bagi
kaum tertindas, bangsa jajahan, kaum yang lemah karena penguasa
merupakan hak. Cinta dalam pendidikan dapat disalurkan dengan mengajar
mereka yang tertindas untuk bangkit dan melawan ketertindasan.
Uang? Seharusnya tak ada tempat bagi kata
itu kecuali dalam buku-buku teks dan ilmu praktis. Tak ada tempat bagi
kata uang dan biaya pendidikan dalam satu konteks kalimat. Dalam buku
mungkin tapi tidak dalam pelaksanaan. Walaupun pendidikan murah tak
selamanya menjamin mutu namun konteks uang dan biaya pendidikan
seharusnya tidak boleh menjadi satu. Apalagi kalimat uang dengan mutu
pendidikan seharusnya tidak boleh ada.
Satu-satunya hal yang boleh dikaitkan
dengan mutu pendidikan adalah semangat! Rendahnya mutu seharusnya
merupakan imbas dari ketiadaan semangat juang di kalangan pendidikan
(Pendidik, peserta didik, orang tua dan pemegang kekuasaan) semua pihak
dan bukan uang! Cinta yang menentukan baik buruk pendidikan kita.
Cinta pada murid, pada pendidikan, pada pengabdian.